Irak dan Indonesia
Irak dan Indonesia

Adu Skill Coach Irak dan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia

Adu Skill Coach Irak Vs Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia. Stadion King Abdullah Sports City di Jeddah, Arab Saudi, menjadi saksi pertarungan sengit antara Timnas Irak dan Timnas Indonesia di babak keempat kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 zona Asia, Grup B. Pertandingan ini bukan hanya soal tiga poin, tapi juga adu taktik antara dua pelatih berpengalaman: Graham Arnold dari Irak dan Patrick Kluivert dari Indonesia. Dengan Irak yang mendominasi head-to-head—menang delapan dari sembilan laga terakhir—dan Indonesia yang datang sebagai underdog setelah kalah tipis 2-3 dari tuan rumah Saudi Arabia empat hari sebelumnya, laga ini penuh gairah dan kontroversi. Hasilnya berakhir dramatis dengan kemenangan 2-1 untuk Irak, tapi perdebatan soal keputusan wasit dan strategi pelatih masih ramai dibicarakan. Kisah ini menggambarkan perjuangan Garuda untuk lolos ke Piala Dunia pertama sejak merdeka.

Siapa Pelatih Irak dan Indonesia?

Graham Arnold, pelatih Timnas Irak sejak April 2025, adalah sosok Australia yang dikenal dengan pendekatan pragmatis dan pengalaman panjang di level internasional. Sebelum ke Irak, ia sukses membawa Australia ke 16 besar Piala Dunia 2022, dengan catatan tak terkalahkan di fase grup. Arnold mengambil alih setelah Jesús Casas dipecat akibat hasil inkonsisten di babak ketiga, di mana Irak finis ketiga di Grup B melawan Korea Selatan dan Oman. Di bawah Arnold, Irak menang di Piala Teluk Arab ke-25 melawan Oman 3-2 lewat perpanjangan waktu, dan kini fokus pada transisi cepat serta serangan balik mematikan. “Kami bermain untuk menang, tapi dengan disiplin,” ujar Arnold pasca-laga, menekankan pertahanan solid yang hanya kebobolan satu gol dari Indonesia.

Di sisi lain, Patrick Kluivert, mantan bintang Barcelona dan pelatih Indonesia sejak akhir 2024, membawa nuansa Eropa yang eksperimental. Mantan asisten Louis van Gaal di Belanda, Kluivert punya rekam jejak campur aduk: kalah telak dari Jepang dan Australia di babak ketiga, tapi menang atas China (1-0) dan Bahrain. Ia mengandalkan pemain naturalisasi seperti Kevin Diks dan Ole Romeny untuk tambahan kreativitas. Kluivert sering dikritik karena rotasi skuad yang berani, tapi pendukungnya bilang itu cara membangun tim muda. “Kami tak takut, meski lawan lebih berpengalaman,” katanya sebelum laga, meski hasil menunjukkan Irak unggul dalam penguasaan bola 58%.

Latar Belakang dan Persiapan Pertandingan

Grup B babak keempat ini dirancang ketat: tiga tim—Indonesia, Irak, dan Saudi Arabia—bertanding home-and-away, dengan tuan rumah Saudi karena alasan logistik. Indonesia lolos ke babak ini setelah finis ketiga di Grup C babak ketiga, di mana mereka kalahkan China tapi kalah dari Jepang. Head-to-head dengan Irak buruk: dari 13 pertemuan sejarah, Indonesia hanya menang dua kali, terakhir di laga persahabatan 2000. Pertemuan terbaru di Piala Asia 2023 dan kualifikasi Juni 2024 berakhir 2-0 untuk Irak.

Persiapan Irak di bawah Arnold fokus pada adaptasi cuaca panas Jeddah, dengan latihan intensif di Baghdad dan Qatar. Mereka datang dengan skuad lengkap, termasuk Bashar Resan yang cetak gol krusial di laga sebelumnya. Sementara Indonesia, pasca-kalah 2-3 dari Saudi (dengan dua penalti Diks), Kluivert rotasi lini tengah untuk cegah kelelahan. Tim Garuda tiba di Jeddah dengan dukungan 5.000 suporter diaspora, tapi tantangan besar adalah mengatasi pressing tinggi Irak yang peringkat 58 FIFA, jauh di atas Indonesia di posisi 134. Arnold manfaatkan kelemahan Indonesia di berita bola mati, sementara Kluivert coba eksploitasi kecepatan sayap seperti Egy Maulana Vikri.

Jalannya Pertandingan dan Kontroversi

Laga dimulai sengit, dengan Irak unggul penguasaan bola sejak menit awal. Gol pertama Irak datang di menit 23 lewat sundulan Aymen Hussein dari tendangan sudut, memanfaatkan marking longgar lini belakang Indonesia. Kluivert respons dengan ganti Marselino Ferdinan masuk di babak kedua, yang langsung ciptakan peluang—penalti di menit 67 setelah pelanggaran di kotak penalti, dikonversi Diks jadi 1-1. Momen itu buat suporter Indonesia euforia, tapi kontroversi muncul saat wasit tolak klaim penalti kedua Indonesia di menit 78 atas pelanggaran pada Romeny, yang replay VAR tunjukkan kontak jelas. Arnold protes keras soal waktu tambahan yang singkat, tapi Irak segel kemenangan di menit 89 lewat serangan balik Resan, skor akhir 2-1.

Kontroversi pelatih meledak pasca-laga: Kluivert tuduh wasit bias pro-tuan rumah, sementara Arnold bilang timnya “layak menang” berkat taktik disiplin. Statistik tunjukkan Irak punya 14 tembakan vs 8 Indonesia, tapi Garuda unggul di possession babak kedua (52%). Ini laga keenam kedua tim dalam dua tahun, dengan Irak tak terkalahkan. Bagi Indonesia, kekalahan ini buat peluang lolos makin tipis—mereka butuh menang lawan Saudi di laga terakhir November.

Kesimpulan dari Irak dan Indonesia:

Adu mekanik antara Graham Arnold dan Patrick Kluivert di Jeddah tunjukkan sepak bola Asia yang semakin kompetitif, di mana strategi bertemu passion. Irak, dengan pendekatan Arnold yang solid, ambil poin krusial untuk dekati tiket Piala Dunia keenam, sementara Indonesia Kluivert perlihatkan potensi meski kalah. Kontroversi wasit tambah bumbu, tapi intinya: Garuda butuh konsistensi untuk mimpi 2026. Dengan dua laga tersisa, perjalanan Indonesia masih panjang—dan menarik untuk diikuti.

Baca Selengkapnya…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *